Review Buku I'AM SARAHZA
Vita Pusvitasari
June 28, 2018
17 Comments
Mbak Hanum Rais dan Mas Rangga Almahendra adalah sepasang suami istri yang berjuang selama 11 tahun untuk memperoleh buah hati. Mereka sudah ikhtiar secara tradisional baik akupuntur dan pijat juga dengan herbal, dan melakukan inseminasi sebanyak 4 kali juga program IVF/bayi tabung sebanyak 6 kali. Luar biasa perjuangan mereka untuk menjemput buah hati. Allah selalu menguji hambanya sesuai kemampuannya. Pertemuan keduanya sudah jodoh yang tertulis di Lauhul Mahfuz. Jika mbak Hanum menyerah tidak menyelesaikan kuliah dokter giginya mungkin tidak ketemu mas Rangga, ibunya yang mendukungnya. Sama halnya denganku dulu di 2007 jika setelah tidak jadi menikah dengan beberapa pria yang meminang ke rumah, tapi mamahku malah mensupport ayo ambil kuliah profesi lagi nanti ketemu jodohmu, dan betul ketemu suamiku.
Sejak dari menerbitkan buku 99 Cahaya di Langit Eropa, aku membeli dan membacanya, langsung jadi buku favorit, dan mendorong alasanku makin kuat untuk berumrah bersama suamiku di tahun 2013. Kenapa tulisan itu adalah amal jariyah karena bisa menginspiraai orang lain yang membacanya, alasan ini juga yang membuat aku sering nulis di blogku ini sejak 2015. Buku mbak Hanum yang lainnya aku pun suka, Bulan Terbelah di Langit Amerika, Berjalan di Atas Cahaya dan Faith and City. Karena cara menuturkan lewat tulisan yang bikin aku ikut hanyut di dalamnya aku suka dengan tulisan mbak Hanum. Dan dari beberapa medsosnya dan karyanya mbak Hanum, aku pun baru tahu bahwa mbak Hanum dan suaminya tengah berjuang mendapatkan anak kandung.
Sudah lama aku ingin beli dan baca buku I'am Sarahza ini, Ramadan tahun ini Ramadan kesepuluh dan mudik kesepuluh dalam rumah tanggaku, rasanya sedih sekali ketika mudik kembali berdua. Sampai aku pernah menulis status di Facebookku yang panjang tentang ini agar orang lain tidak menanyakan hal tentang anak saat Lebaran nanti. Ya bagi sesama pejuang garis dua, kadang menangis bukan berarti depresi, tapi gak tahu harus usaha apa lagi, ketika berdoa sampai sajadah basah sama halnya dengan mbak Hanum dan suaminya, aku pun punya pendukung terbesar yaitu mamah bapakku. Ya kalau mbak Hanum dan mas Rangga pernah tinggal di Austria dan Jakarta juga sekarang Yogya. Kalau aku dan suamiku pernah di Semarang dan sekarang Jakarta.
Ada lagi ketika harus kasih kado ke sepupu, adik, kakak atau teman kerja dan tetangga, disaat beli baju atau asesoris bayi, suka kepengen beli atau dalam hati kapan ya beliin buat anak sendiri. Sama halnya dengan mas Rangga dan mbak Hanum yang bahkan beli perlengkapan bayi, dan baju hamil. Aku pun pernah beli celana karet khusus ibu hamil dua malah dan sabuk hamil, kalau udah progmil biasanya dipake karena perut juga jadi gendut. Setelah kupakai dan gak hamil kuhibahkan saja ke dompet dhuafa heuheu.
Ikhtiar yang sudah kulakukan program dengan obat penyubur kandungan di Semarang dengan beberapa dokter kandungan di RS ternama di Semarang, sampai ketika membaca bagian mbak Hanum harus ditiup rahimnya alias hidrotubasi aku pun pernah di tahun 2011 dua kali tiup rahim nyeri luar biasa cenat cenut ngilu, sehingga untuk ketiga kalinya tidak kulakukan setelah tiup rahim yang kedua aku mau pingsan. Ketika mbak Hanum menuturkan masuk ke ruang Inseminasi itu tembok ruang operasi yang dingin, aku pernah merasakannya di tahun 2016. Dan gagal, sedih rasanya aku pun merasakannya, menangis berdua ketika dokter menyampaikan penempelan tidak terjadi dan menyuruh mencoba lagi untuk dua kali inseminasi baru kemudian bayi tabung. Di tahun 2014 juga aku pernah disarankan Laparoskopi. Di buku I'am Sarahza ini mbak Hanum menjelaskan Laparoskopi karena polip rahim dan tubanya hancur satu setelah IVF yang kelima. Aku waktu disarankan malah memilih mundur dan cari dokter lain.
Sampai akhirnya di 2011 pernah SIS dan HSG di 2013, baca buku I'am sarahza aku seolah flash back mengingat kembali apa yang sudah kulakukan bersama suamiku untuk ikhtiar memperoleh keturunan. Dengan membaca buku ini aku yakin Allah menguji kita sesuai kemampuan, biaya untuk program kehamilan baik di Indonesia maupun luar negeri tidak pernah dicover asuransi. Harus uang pribadi, capek antri dokter, lelah disuntik dan menelan pil penyubur itu, bayar konsultasi dan tindakan, semua tidak murah. Mbak Hanum dan mas Rangga mengeluarkan biaya sudah ratusan juta rupiah, sementara aku dan suami baru puluhan juta rupiah. Betul kata mbak Hanum di buku ini, kadang kalau perempuan selalu merasa tersudut dan paling banyak tindakannya dibandingkan dengan pria. Tetapi faktor kehamilan adalah perpaduan dari usaha suami istri yang berperan di dalamnya.
Ada beberapa kalimat di buku ini yang membuat aku menitikkan air mata saat membacanya. Ya peran suami yang kadang kena semprotan kita saat kita mens lagi heuheu. Peran orangtua yaitu ibu bapak, aku pun merasakan doa dan support merekalah yang selalu mendampingi kita.
Aku sangat terharu ketika Pak Amien Rais bernazar dan berjalan kaki, itulah kasih seorang Ayah. Aku pernah merasakannya ketika Bapakku turut sedih ketika inseminasiku gagal di 2016 lalu, sejak 2012 setelah ibadah haji Bapak menjadi aktif di mesjid menjadi ketua DKM untuk mengisi pensiunnya, dengan harapan doa untukku supaya lekas hamil segera diijabah Allah. Ibu mbak Hanum yang walau terkena Bell palsy, tetap mendampingi mbak Hnum IVF keenam klinya di Surabaya bahkan sampai berhasil. Ini mengingatku pada mamahku yang ingin aku pindah ke Jakarta supaya mamah bisa mendampingi jika aku program hamil lagi. Betul sekali keyakinan seorang ibu terhadap kita membuat keinginan kita tercapai dan berhasil. Selama ada harapan selalu ada kehidupan, ternyata jika kita berhenti berharap, ruh anak kita di Lauhul Mahfuz bersedih. Akan kunanti Sarahzaku, sama seperti mbak Hanum dan mas Rangga aku yakin tetap berjuang bersama suamiku dan pasti Allah kasih rezekinya sebagai jalan keluarnya.
Saat mbak Hanum depresi, selalu ada mas Rangga menemani dan Pak Amien juga Bu Amien yang mengingatkan untuk solat dhuha, solat malam, zikir dan mengaji Al-Quran. Kalau aku sejak disuruh Laparoskopi dan mau nyoba Inseminasi lalu gagal jadi punya penyakit GERD, asam lambung meningkat sampai ke kerongkongan hingga muntah, stress kata dokter. Memang terkadang apakah kita terlalu sombong dan sudah dari hati tulus melakukan semuanya. Saat pasrah tawakal, menyempurnakan ikhtiar dan memaksimalkan doa disitulah keberhasilan itu akan datang, semakin Allah sayang kita semakin kita diuji keimanan. Ada kalanya iman melemah, tapi jika berhenti berharap dan menyerah kita berdosa karena putus asa. Allah tidak suka pada hambanya yang lemah.
Mbak Hanum dan mas Rangga, selamat atas kelahiran Sarahza yang dinanti dengan penuh perjuangan, doa dan airmata. Terima kasih sudah menerbitkan buku I'AM SARAHZA yang membuatku dan suamiku semangat lagi untuk melakukan ikhtiar dan makin giat berdoa lagi. Ya betul sekali semua di dunia ini tidak ada yang kebetulan sudah tertulis di Lauhul Mahfuz, persinggahan kita di dunia ini, kebahagiaan dan kesedihan sudah tertulis. Bagaimana cara kita tinggal menjalani dan meraih ridha Ilahi agar semua keinginan kita tercapai. Allah bersama orang yang bersabar dan selalu solat. Cara Allah menghibur kita pun selalu bikin bahagia di atas sedihnya kita. Seperti mbak Hanum yang menjadi penulis best seller, mas Rangga menjadi profesor dan dosen pembimbing. Royalti buku untuk ikhtiar. Membuatku sadar ketika membaca buku ini, ingat kata Bapakku, doaku selalu diijabah Allah, hanya Allah mengabulkan sesuai kebutuhan kita dulu. Di tengah-tengah belum berhasil program hamilku dan deg-degan bulan depan positif apa enggak, Allah sudah kasih hadiah umrah dan rumah di 2013, motor dan bangun rumah di 2014, mobil dan travelling ke Thailand gratis di 2015, 2016 wisata di Dieng setelah inseminasi gagal, 2018 pindah dari Semarang ke Jakarta, hutang lunas dan mobil inventaris yang kelak bisa dibeli dengan harga miring juga selalu ada rezeki untuk program kehamilan jutaan rupiah. Nikmat Allah mana lagi yang aku dustakan. Membaca buku I'AM Sarahza semangat dan gak takut gagal seperti menemukan motivator nyata yang mengalami ujian lama diberi anak. Ini pun bentuk rezeki dari Allah yang patut kusyukuri.