Takdir hidup kita sudah dirancang Alloh dan dituliskan dalam Lauhul MahfuzNya
Vita Pusvitasari
February 26, 2017
24 Comments
Ketika diajakin mbak Rahma buat ikutan giveawaynya mbak Dian Onasis, saya Alhamdulillah tahun ini sudah benar-benar ikhlas masalah belum ada keturunan dalam rumah tangga kami, dalam kurun waktu 8 tahun menikah belum juga kunjung mendapatkan keturunan, tahun ke 9 ini bener legowo, mungkin betul seperti kata mbak Noorma sabar dulu dan shalat, Alquran dan hadis serta doa-doa untuk mendapatkan keturunan sudah sering kami rafal.
Ada titik balik saya mensyukurinya, karena kebahagian itu datang dari hati, bukan karena anak, harta atau faktor lingkungan, itu semua adalah perhiasan dunia.
Jangan pernah mengatakan yang belum punya anak itu belum dipercaya, justru jika ujian itu dikasih sama Alloh sesuai kemampuan hambanya.
Jangan nyinyir atau mencibir kepada wanita yang belum punya anak, karena wanita semulia Siti Aisyah istri Rosullulloh beliau dijamin masuk surga, tidak mempunyai anak.
Dan jangan sekali-kali bilang kurang sedekah, Yaa Alloh terima kasih sudah mengingatkan, tapi kita pun insyaAlloh suka kok zakat, infak sedekah, itu mah kewajiban sebagai muslim, pernahkah membaca riwayat kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Zakaria, beliau-beliau itu soleh dan dijamin masuk surga, tapi baru memperoleh keturunan di usia senja.
Yah manusia ya, pasti dilihat hanya hasil, dan tidak melihat prosesnya, sekarang kalau posting di medsos tentang anaknya begini dan begitu banyak orang dengan cueknya itu hal biasa, nah ya biasa juga dong kita share piknik, jalan-jalan ke luar negeri, kuliner, ya kan, bukan pamer juga, medsos kan tempatnya share kan ya, kalau curhat mah di buku diary aja, kalau masalah pamer mah tergantung niatnya ya, kalau niat kita kasih review dan pengalaman biar orang lain nyoba kulinernya dan tempat wisatanya jadi pengen bikin orang kesana juga itu mah gak pamer atuh heu, kasih informasi, apalagi selain apoteker merangkap blogger.
Balik lagi ke hati ya, nah ada lagi dulu mah suka tersinggung dengan omongan mupu anak aja, kalau sekedar kasih sumbangan ke anak yatim piatu rutin tiap bulan gak apa-apa, kalau adopsi itu tidak semudah bicaranya ya, itu tetep aja gak sedarah dan khawatir jika punya anak kandung jadi beda sayangnya.
Dan ada lagi nih ya yang bilang bayi tabung aja, sok atuh kasih kami biayanya ya, bukan gak mau, gak ada uangnya dan itu tuh bagi kami adalah jalan terakhir. Perlu dana yang besar dan mental baja.
Coba ya sebelum menyampaikan sesuatu itu raba dulu diri sendiri, aku mah gitu orangnya.
Bahkan ngobrol ama mbak Ima/Manda, justru banyak bersyukur, iya juga sih. Jujur ini mah aku ama suamiku gak pernah sedih hati lho akan masalah belum datangnya buah hati, bener, kami sedih itu justru ketika ada orang lain bicara ini itu dengan entengnya tanpa rasa bersalah. Seolah mereka sudah sempurna hidupnya, sudah punya segalanya, sudah diijabah segala doanya.
Kita mah yakin semua orang ada ujiannya masing-masing gak ada yang sempurna, misal ya banyak anak eh suaminya nikah lagi, ada anak jauhan ama suaminya, anak banyak tinggal serumah anak diurus pembantu, dibentak jika ingin sesuatu ada juga sampai dijewer atau dipukul, lho katanya cari uang demi anak gimana toh heuheu.
Nah ada anak suaminya gak perhatian, ada anak rezeki berupa materi sulit, ya beda-bedalah, tak bermaksud menilai orang lain, cuma bener lho hidup itu adalah dari sudut pandang mana kita bersyukur. Ada dari segi harta berlimpah dan suami juga dekat, kadang anak atau malah sendirinya sakit.
Berumah tangga selama 8 taun, dari ngontrak pe punya rumah sendiri, sudah bisa ibadah umroh, sudah punya kendaraan, pulang tiap lebaran ke rumah ortu dan mertua, masih bisa bagi rezeki ama saudara dan tetangga walau tidak banyak.
Masih sehat, bisa shalat, ngaji, puasa, makan minum enak, tidur nyenyak, suami yang baik dan mau bantuin pekerjaan rumah, antar jemput ke kantor dan acara blogger.
Adik dan kakak yang sudah pada cukup dengan rumah tangga masing-masing, ortu sudah beribadah haji, mertua sudah umroh, mereka punya gaji pensiun, sehingga tak pernah membebani anak-anaknya.
Anugerah yang patut disyukuri banget, sekarang ya tubuh kita sendiri aja titipan dari Alloh bukan milik kita, apalagi anak, harta, jabatan, suami, ortu pun semua titipan yang akan dimintai pertanggungjawabannya kelak. Jadi apa atuh milik kita itu, itu semuanya titipan aja dari Alloh buat kita. Dunia fana akhiratlah yang abadi.
Dan lihat anak jaman sekarang anak SMP aja beda dengan era kita dulu, malah kita sering di rumah sama ortu daripada main, keluar pun hanya untuk les komputer dan bahasa inggris.
Anak sekarang nonton bareng ma temannya, makan ama temannya, nah menjurus ke pacaran, MasyaAllah deh, gak semua sih, cuma kebanyakan sekarang gitu era 2000an beda dengan era 90an ya.
Nah aku dan suamiku kegiatan sehari-hari kerja, kalau aku ngantor gak tiap hari, pas barengan pasti pulangnya belanja kebutuham sehari-hari, shalat ma ngaji bareng, masak, beberes, jemur baju dari mesin cuci bareng sambil ngobrol, bahkan nyetrika pun berdua, apalagi travelling dan kuliner, kecuali kalau suami dapet gratis cuma buat dia sebagai karyawan.
Nah ya dilihat-lihat kerjaan kami pun tidak terlalu sibuk yang jadi kurang piknik, justru dengan misal suami keluar kota sembari visit custumer, setelah beres ya jalan-jalan dong ke tempat wisata dan icipin kulinernya. Ini makin membuat aku bersyukur terus, jika jauhan whatsappan terus kita.
Apa coba yang harusnya kukeluhkan, kalaupun sangat rindu sudah terhibur ama keponakan yang rajin banget video call atau pas wisata bareng, family gathering pun lumayan suka dapet dari kantor suami ke tempat baru, pas kami pengen travelling dengan uang sendiri pun suka ada rezekinya Alhamdulillah, nikmat mana yang akan kita dustakan coba. Sakit pernah tapi hanya isfa atau lambung aja naik asamnya karena salah makan, atau gak teratur karena kecapekan abis mudik atau jalan-jalan malahan heuheu.
Nah ya jadi bener deh aku dan suamiku di tahun ke 9 pernikahan kami ini bener-bener tawakal, yang artinya sudah berdoa dan berusaha maksimal sesuai kemampuan kami. Sudah gak baperan deh kalau kata anak jaman sekarang mah.
Malah pengen nabung buat ibadah haji dan jalan-jalan ke luar negeri berdua, menjelajah dunia, tentulah kami pun nanti nabung buat kelak pendidikan anak kami. Dan walau uang bukan segalanya, segalanya pakai uang, membahagiakan ortu ngajak wisata bareng pakai uang, qurban pakai uang yang dibeliin kambing, domba atau sapi dan kerbau, beli ini itu pakai uang, sedekah pakai uang, ibadah haji dan umroh pakai uang, yang gratis mah shalat dan puasa betul tidak, gratis tapi terkadang ada godaan setannya. Kita meninggal nanti pun sama kainnya kain kafan, kendaraannya keranda mayat yang diusung sama pundak orang lain.
Ya Gusti Alloh itu Maha Adil dan Maha Kaya juga Maha segala-Nya.
Nah ya jangan bilang anak itu adalah harta, karena harta esensinya adalah apa yang kita makan, apa yang kita pakai dan apa yang kita sedekahkan.
Jadi anak itu tepatnya rezeki dan anugerah dari Alloh sama halnya dengan suami atau istri sebagai pasangan hidup, ilmu yang kita dapat dan kita amalkan.
Ikhtiar program hamil yang dari asam folat sama vitamin E dosis tinggi, lalu Berbagai suplemen dan herbal, dan Sampai akupresur, akupuntur, bekam dan pijat refleksi pernah dilakukan kita berdua.
Bahkan HSG dan SIS pun sudah dilakukan untuk cek saluran tuba palopi dan rongsen bentuk rahim, dan Hidrotubasi 2 x untuk menghilangkan hidrosalping ringan akibat infeksi keputihan. Dan taun kemarin pun kami sudah mencoba Inseminasi.
Setelah dipikir-pikir walaupun kesemuanya mahal kami dikasih rezekinya sama Alloh, jadi kalau bagiku dan suamiku ujian belum hadirnya buah hati dalam rumah tangga kami makin membuat kami mendekat pada-Nya, jika kami selalu diberi segala kemudahan, mungkin untuk satu hal ini Alloh sangat menyayangi kami tapi belum memberikannya karena waktunya belum tepat menurut-NYA.
Kami ikhlas Yaa Alloh atas semua ketentuan-Mu karena itu adalah yang terbaik bagi kami, karena mungkin dalam berikhtiar kadang kami cepat ke dokter dengan uang rezeki dari-Mu, tapi ampuni kami jika konsultasi kepada Engkau kami nomer duakan, dan mungkin kami minta nasehat pada ustadz dan ustadzah, tapi kami lupa tadabur Al-quran, dan ngobrol lama dengan-Mu di sepertiga malam, puasa sunah kami pun masih kurang tidak seperti para Nabi-Mu mereka selalu banyak mengerjakan sunah Rosul dan kewajiban pada-Mu.
Yaa Alloh jangan kau hukum kami atas kelalaian kami sendiri atau para leluhur kami, berikanlah kami istiqamah dalam menaati segala perintah-Mu dan segala larangan-Mu.
Keinginanku tak neko-neko, hanya pengen hidup tentrem, sehat, selamat, tidak terlilit hutang, rezeki berkah serta turah biar bisa ke Mekah Madinah lagi, meninggal nanti khusnul khatimah, dan semua hal yang dilakukan selama hidup ini diberkahi Alloh, semoga juga dikasih bonus keturunan yang soleh dan soleha Aamiin, semua takdir yang telah Allah tuliskan di Lauhul Mahfuz-Nya adalah yang terbaik bagi kami insyaAlloh.
#GADianOnasis
Salam kenal mbak Dian dari kami yang masih berdua 😊.