Monday, August 9, 2021

Tetap MengASIhi Dikala Pandemi

August 09, 2021 0 Comments

 


ASI adalah rezeki seorang ibu untuk anaknya. Semua ibu di dunia ini pasti mau memberikan yang terbaik buat anaknya. Tidak ada ibu yang tak sayang anaknya, cuma pada kenyataannya rezeki tiap orang itu berbeda termasuk ujiannya. Ada ibu yang melimpah ASI-nya sampai penuh di kulkas bahkan didonorkan. Tapi ada ibu yang ASI-nya sedikit walau sudah pijat laktasi dan minum  berbagai suplemen pelancar ASI. Aku termasuk ASI-nya dikit walau sudah pijat laktasi, suami support dan dipompa ASI. 


Waktu hari Sabtu 7 Agustus kemarin ada Shopee live Philips Avent mengenai tetap mengASIhi dikala Pandemi. Ya saat Pandemi ibu-ibu cenderung stress karena bisa jadi jenuh dengan rutinitas, tapi harus rileks dibikin santai dan dibawa happy biar ASI tetap ada. Kata dokter Andreas ibunya harus banyak makan buah dan sayur, disupport bapaknya dan melakukan pijat laktasi.
Jika ada ibu yang positif covid bisa tetap mengASIhi anaknya menurut dokter Andreas. Katanya ibu menyusui gak usah tergantung dengan suplemen pelancar ASI, tapi boleh mendapatkan vitamin zinc, zat besi dan D.


Kunci mengASIhi biar sukses di pelekatan yang pas dan harus sering mengosongkan payudara biar ASI tetep ada. Teknik pumping yang benar serta alat pumping ASI yang tepat juga bisa bikin ASI banyak deras. Kalau aku pumping elektrik suka sakit apalagi pumping manual, lebih suka pumping silikon. Tapi banyak review ibu menyusui cocok dengan pompa ASI Philips Avent.


Nah aku pun ketika menyusui ASI-ku dikit dan anakku ada tounge tie dan lips tie harus diinsisi atas saran dokter anak sekaligus konselor ASI. Ya memang menyusui lebih bagus DBF atau bayi langsung menyusu dari payudara ibunya. Cuma waktu itu aku gak mau diinsisi, dan bayiku sekarang usia 20 bulan artikulasi bicaranya pun jelas. Karena dulu sempat khawatir katanya jika tidak diinsisi bicaranya bakalan gak jelas. Anakku memang gak pinter DBF tapi harus pakai dot, pemilihan puting DOT pun yang sesuai bentuk puting ibu. Memang betul kata dokter anak-ku dan dokter Andreas lebih baik pakai sonde atau sendok ASI-nya tapi waktu itu udah dicoba bayiku takut tersedak dan dia kesusahan akhirnya pakai dot atau botol susu. Sekarang mau dibiasakan di tempat minum ada sedotan dan gelas. Dan aku pun pernah ketika pumping payudara sampai habis, karena ketika selesai menyusui aku terus pumping, ternyata pumping itu ada waktunya satu jam atau dua jam dikasih jeda dulu. Jadi full ASI anakku hanya seminggu, itu pun jarang DBF tapi pumping ASI masukan botol susu, sampai akhirnya dicampur sufor. Ya katanya harus keras kepala ketika menyusui dengan ASI, tapi karena di usia anakku seminggu harus dirawat di perina tinggi bilirubin disinar selama 24 jam karena beda golongan darahku dengan anakku O Rhesus positif dan B Rhesus positif, sementara ASI-ku dikit jadi keterusan campur sufor sampai sekarang. Walau aku tak sukses memberikan ASI bonding aku dan anakku kuat. Walau ada yang bilang harus ASI full biar ibu anak bonding kuat, tapi namanya anak dan ibu kandung tetap kuat kok. Jadi jika sesama ibu dan wanita kita harus saling support gak usah membandingkan antara lahiran normal dan operasi SC , keduanya sama pertaruhkan nyawa. Full ASI atau campur sufor, bukan berarti ibu yang kasih sufor itu gak usaha maksimal atau stress dan tak sayang anaknya karena malas menyusui. Belajarlah berempati sebagai manusia yang punya kelebihan dan kekurangan. Dan jika yang lulus mengASIhi sampai 2 tahun selamat itu anugerah-Nya. Dan bagi yang tidak gak usah berkecil hati karena tetap jadi seorang ibu dan anaknya juga sehat ceria aktif. Dan ketika anak full ASI katanya ketika MPASI gak GTM, pada kenyataannya ada juga anak full ASI mengalami GTM. Kalau MPASI terletak di variasi makanan biar anak gak GTM dan kebiasaan makan suplai dari ibunya ketika di kandungan juga anak MPASI belajar makan, lambat laun seiring waktu anak kenal berbagai tekstur dan rasa makanan minuman dan apa yang dia suka. Buah dan sayuran kalau dokter anak bilang hanya perkenalan karena belum terserap maksimal oleh pencernaan anak. Tapi anakku suka sayur dan buah biar gak sembelit, kalau protein lebih suka ikan daripada  daging.

Tuesday, August 3, 2021

Pengalamanku Bayar Iuran dan Manfaat BPJS Kesehatan

August 03, 2021 0 Comments

Dulu waktu aku masih bekerja di Semarang didaftarkan BPJS Kesehatan oleh kantor tapi atas nama pribadi masing-masing, ada yang dapat kelas II dan III, aku kebagian kelas II, dulu daftarnya di kantor BPJS Semarang dan bayarnya bisa di Indomart atau kantor pos. Aku bayar itu dibayarin kantor full Rp 75.000 kalau sekarang kelas II Rp 100.000. Nah sempet tuh setelah resign karena ikut suami pindah kota dari Semarang ke Jakarta, ada tagihan ke rumah ortuku di Garut oleh petugas dari Desa. Aku kan heran soalnya kan udah gak pakai KTP Garut sejak nikah KTP Semarang, nah aku klarifikasi ke kantor Semarang dan kantor suamiku di Jakarta karena aku istri otomatis jadi ikut BPJS Kesehatan kelas I dan ikut suami sebagai tanggungan. Ngurusin ini agak lama kita bayar pribadi dulu yang selama kelas II kalau gak salah Rp 600.000 tagihan BPJS Kesehatanku selama 8 bulan, lalu sampai sekarang aku BPJS Kesehatan kelas I ikut kantor suami otomatis dipotong gaji per bulan sebesar Rp 300.000. Nah aku pun sudah klarifikasi ke petugas desa di Garut jangan nagih ke ortuku karena mereka gak tahu apa-apa plus KTP sesuai domisiliku pindah juga sudah otomatis potong gaji. Semenjak itu gak ada tagihan via telfon lagi, nah harusnya data peserta JKN melalui BPJS Kesehatan ini harus diupdate sesuai alamat di KTP walau NIK-nya sama biar gak ada salah paham seperti yang kualami itu.

 

 Ini potongan gaji per bulan dari kantor suamiku untuk kami berdua, BPJS emp (1%) Rp 72.046 dan BPJS Comp (4%) Rp 288.184 jadi total  Rp 360.250 per bulan. Kalau ini sudah tak ada kendala lagi sudah aman karena otomatis dipotong dari gaji suamiku, cuma rada susah nih buat daftarin anak kami biar punya BPJS Kesehatan juga.


Nah kami pernah pakai BPJS Kesehatan waktu sakit ringan, aku dan suamiku di Faskes I waktu berobat radang tenggorokan dan maag di klinik As Salam dikasih obat generik buat 3 hari lumayan sembuh. Cuma memang antri, nah ketika aku mau lahiran karena kami juga ada fasilitas asuransi yang sama dipotong gaji periksa kehamilan dicover asuransi, cuma ada limitnya. Aku dianter suami dan ortu lagi hamil besar pernah bertanya ke BPJS Kesehatan kabupaten Bogor, disana disuruh print kartu BPJS Kesehatan sendiri dan kami harus konfirmasi RS swasta tempat kontrol kehamilan dan lahiran, ternyata gak bisa menggunakan BPJS Kesehatan karena dari awal sudah gunakan asuransi, harus tetep pakai asuransi sampai batas limit habis dan sisanya bayar uang pribadi. Kecuali katanya jika dari awal pakai BPJS Kesehatan bisa, cuma masalahnya dokter kandunganku juga gak terima BPJS Kesehatan karena ada pembatasan suplemen dan obat.


Nah kami rasakan sekali manfaat dari rajin bayar iuran BPJS Kesehatan / Kartu Indonesia Sehat ini ketika kami kena covid di Mei Juni kemarin.
Terus terang kami gak punya cukup tabungan buat rawat inap apalagi biaya ICU di RS swasta. Aku dan anakku yang balita gejala ringan cukup isoman obat dan vitamin pribadi gak dikasih dari Puskesmas, tapi dengan adanya KK, KTP dan Kartu Indonesia Sehat/BPJS Kesehatan kita dapat tes antigen dan PCR gratis dari Puskesmas yang dateng ke rumah. Dan waktu itu suamiku dan mamahku harus dirawat inap karena saturasi oksigen rendah juga ada sesak nafas, bapakku almarhum harus masuk ICU karena gejala berat covid dan ada komorbid diabetes dan darah tinggi.
Untung punya Kartu Indonesia Sehat mamah bapakku yang iuran dipotong dari gaji pensiunan PNS, jadi ketika masuk IGD RSUD sebelum masuk kamar perawatan dan ICU kita cukup membawa KTP, KK dan Kartu Indonesia Sehat. Coba bayangkan kami yang gak punya tabungan banyak biaya perawatan di RS buat 3 orang itu gak murah, bayar darimana coba untuk 3 orang pasien dengan almarhum bapak 10 hari di ICU, mamah 11 hari rawat inap, suami 8 hari rawat inap. Alhamdulillah tertolong banget dengan adanya BPJS Kesehatan, dan sukanya lagi kasus kemarin yang kita alami walau domisili ortu di Garut bisa langsung ditangani di RSUD Cibinong Kabupaten Bogor. Nah begini gak usah ada rujukan jadi pasien cepat dapat perawatan plus termasuk pemulasaran jenazah bapak pun oleh pihak RSUD termasuk peti, kain kafan dan jenazah dicover Kartu Indonesia Sehat. Dan ketika jenazah hendak dimakamkan sesuai alamat domisili KTP dengan prokes tidak ribet harus ada pengantar hanya ada surat keterangan kematian dan jenazah yang sudah dimandikan dikafani, dikasih APD dan peti jenazah.
Terima kasih BPJS Kesehatan atau Kartu Indonesia Sehat kami merasakan manfaatnya dikala pandemi dan kena covid kemarin. Selamat HUT yang ke 53 buat BPJS Kesehatan, semoga makin baik dan terus memberikan pelayanan terbaik buat masyarakat sebagai peserta JKN.