Wednesday, January 16, 2019

Sampah Bisa Jadi Berkah dan Musibah


Akhir-akhir ini banyak terjadi banjir, longsor, tsunami, angin puting beliung dan bahkan di tanah suci pun banyak serangga. Fenomena apakah ini? Tidakkah manusia sadar kerusakan di muka bumi ini akibat ulah manusia yang serakah, yang berbuat melampaui batas tak sesuai aturan dan norma, dan selalu eksplotasi alam. 
Jika gunung bisa bicara, hai manusia kenapa aku meletus, tentu sebagai pengingat akan kekuasaan Allah. Karena sering manusia serakah mengeruk pasir di gunung hingga gundul dan gersang. Banyak pohon ditebang, yang mereka pun mahluk hidup jika bicara tidakkah manusia membiarkan pohon agar tetap hijau asri. Malah dibabat abis sampai pohon itu sudah sedikit sekali dijumpai. Hukum alam, sekarang pesawat banyak yang jatuh, ikan makan bangkai dan ikan makan plastik, hingga mati mengenaskan. 
Kata ikan, hai manusia aku kan bukan seperti kamu mahluk yang punya akal pikiran, mana yang harus kumakan atau tidak, bagiku yang masuk ke laut ya makanan. 
Manusia itu memang aneh padahal paling tinggi derajatnya di muka bumi ini, dengan akal pikirannya, tapi kadang kelakuan sudah seperti hilang akal pikirannya. 
Alam dan mahluk hidup lainnya harus dijaga agar tak jadi musibah dan bencana. 
Mungkin slogan buanglah sampah pada tempatnya hanya sedikit yang mempraktekan. Tahukah sampah pempers, pembalut dan plastik itu susah diurai. Bahkan ada kemarin itu pembalut bikin teler, hiiy manusia apakah sudah hilang akalnya. 
Apakah susah bawa wadah saat belanja? Apakah susah belanja gak harus dengan keresek atau plastik? Kan bisa pilih dus atau tas kain. 
Apakah susah memisahkan sampah organik atau anorganik, sampah basah dan sampah kering. Belum sampah barang rusak seperti baju lusuh dan perabot yang sudah tidak terpakai. 
Sudah banjir aja kenapa begini dan begitu, gak ngaca diri kamu manusia kita kan benda mati, baik gunung, pantai dan sungai, juga lingkungan harusnya kamu yang menjaga kami.


Manusia aku sampah, gak bisa dari pelepah daun pisang dan dedaunan kering ini menjadi pupuk kompos cair seperti ini tinggal dipakai oleh kalian, harus kalian yang mengolah kami jadi begini. Toh nanti bermanfaat untuk kalian juga. Dengan pupuk cair ini kalian bisa makan tanaman hasil bumi ini. 
Manusia kami memang jelek bau jika terurai oleh mikroba. Tapi eceng gondok aja jika tumbuh di danau atau sungai jika manusia kreatif dan bisa kreasikan jadi tas bagus menjadi punya nilai jual, dan kami sebagai benalu dianggap sampai dari tak ternilai jadi bernilai dan itu membantu ekonomi kalian juga. 


Plastik pun coba berapa bungkus minuman serbuk sachet, plastik makanan ringan kalian buang begitu saja, bahkan botol minuman kemasan numpuk di TPA/Tempat Pembuangan Akhir, banyak pemulung tertolong makan dari sampah yang kalian buang, alangkah lebih baik kalian kumpulkan begini dalam satu wadah agar pemulung tinggal loakin aja. 
Manusia dulu bumi bersih, kalian yang bikin kotor, dan menyalahkan kami sampah sebagai penyebab bencana dan musibah yang terjadi, padahal kalian sendirilah yang menciptakan kami sampah itu sendiri. 

Tulisan ini menjawab challenge pekan kedua dari jelang  Ultah 4 tahun Blogger Gandjel Rel bertema Zero waste tapi fiksi, entahlah aku baru bisa nulis sesuai real daripada fiksi. Jika ini kurang fiksi karena dikaitkan dunia nyata maafkan heuheu. 
#roadto4thgandjelrel
#blogchallengegandjelrel


5 comments:

  1. Alhamdulillah, saya sedang belajar memisahkan sampah plastik, kardus bekas, dan sampah dapur. Plastik dan kardus diambil berkala sama pemulung.

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah di rumah sudah 3 tahun ini bikin kompos sendiri dari hasil sampah organik yang dipisahkan...

    ReplyDelete
  3. Iya ya mba Vit mulai dari hal kecil aja yg mudah2 kaya misah sampah, belanja bawa kantong sendiri. Heran juga cuma begitu aja masih banyak yg gamau ngelakuin.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah membaca blog saya
Mohon tidak meninggalkan link hidup