Wednesday, October 25, 2023

Sekolah Toleransi Multikultural



Indonesia itu Bhineka Tunggal Ika, jika sekolah negeri atau umum mesti muridnya terdiri dari berbagai macam agama dan suku. Anakku aja pernah PAUD di sekolah umum terdiri dari suku Bali, Jawa, Batak dan Sunda dengan agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha.
Nah di Pangandaran, Ciamis Jawa Barat ada Pak Ai Nurhidayat yang mendapatkan Apresiasi SATU Indonesia Awards 2019. Pak Ai melihat warga masyarakat Pangandaran itu etnosentris, karena sedikit sekali penfetahuan mereka terhadap budaya luar. Pak Ai lulusan S1 Komunikasi Universitas Paramadina membuat sekolah toleransi multikultural, namanya SMK Bakti Karya 2011. SMK Bakti Karya ini sekolah gratis untuk mewujudkan gerakan publik agar masyarakat mengapresiasi keberagaman Indonesia. 
Program pendidikannya gratis selama 3 tahun yang dibantu masyarakat sekitar, multikuktural murid-muridnya berasal dari berbagai etnis suku, ras, budaya dan agama.

SMK Bakti Karya ini ada program kelas profesi, seperti profesi dokter, guru, dosen, petani, insinyur, pengacara dan lainnya, hal ini bermanfaat untuk membuka jalan pengetahuan, perspektif pandangan dunia dan referensi kerja kelak. Kelas Multikultural ini tenaga pengajarnya adalah relawan dan kakak asuh, sampai sekarang sudah ada 250 orang.
Ada juga program Splash the Peace dimana kegiatan mengusung perdamaian sekolah multikultural bisa jadi agen perdamaian. Di SMK Bakti Karya Parigi Pangandaran  ini sudah ada 80 siswa dari 18 provinsi, dan di 2019 sudah meluluskan 35 siswa dari 6 provinsi, keren ya. Semoga menjadi contoh teladan buat sekolah umum atau negeri dan SMK lainnya di Indonesia ya.



SMK Bakti Karya Parigi sistem pembelajarannya  terpadu, yakni Guru tidak hanya mengajar satu mata pelajaran, tapi antara satu dengan lainnya saling terintegrasi. Sesuai dengan visi dan misi SMK Bakti Karya Parigi, di sekolahnya terdapat kelas ekologi, humaniora dan multimedia yang mana masing-masing memiliki pengampu. Kelas multikultural merupakan gerakan publik untuk mengakui, memberi ruang, menghargai, mengapresiasi, dan melindungi keberagaman, seperti keanekaragaman hayati, budaya, lingkungan, latar belakang hingga sudut pandang. Sehingga, dengan konsep itu bisa menghadirkan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Ditambah lagi antar siswa bisa saling bertukar pengalaman dan cerita.

SMK Karya Bakti Parigi ini pun melibatkan publik untuk berpartisipasi untuk pengembangan sekolah, baik secara finansial maupun ide. Sebagian besar, lanjut Athif, mereka adalah anak-anak muda dan menjadi kakak asuh, baru lulus pendidikan, baru dapat kerja dan mereka menyisihkan untuk SMK Karya Bakti Parigi. Bahkan beberapa waktu lalu ada alumni ITB tahun 80-an ke sini, dan masih banyak lagi yang berdonasi dalam berbagai hal. Wah salut banget banyak relawan seperti ini, aku pernah merasakan jadi guru pengampu di SMK yang baru berdiri dengan gaji gak ada satu juta rupiah per bulan, ngajar 6 kelas dari kelas 1 sampai 3 wah kewalahan tenaga waktu dan biaya untuk model pembelajaran. Keren ini mah pantes dapet Apresiasi dari Astra.

Masyarakat di Parigi juga belajar banyak dari SMK Karya Bakti begitu pun sebaliknya. Ada ruang jumpa berbagai suku bangsa di sekolah ini. Pak Ai mengatakan, ada kebahagiaan tersendiri yang didapatkan di sekolah. Di sini, semua orang bukan semata-mata sekadar berburu ilmu atau nilai saja. SMK Karya Bakti selalu ada hal-hal baik yang membuat semangat dan sedikit mendapat tantangan. Para pengajar mengakui sekolah ini bukan tempat mencari penghidupan, lebih jauh dari itu, mereka justru memperoleh bahagia di sini. Kebutuhan yang paling mererka cari adalah rasa damai, hidup rukun dan selaras dengan ruang hidup, dan semua ada di SMK Karya Bakti Parigi Pangandaran.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah membaca blog saya
Mohon tidak meninggalkan link hidup